SMP NEGERI 4 WATES

Pada Rabu, 27 Oktober 2021 bertempat di SMP Negeri 4 Wates dilaksanakan pertemuan antara Kepala Balai Bahasa Yogyakarta (BBY), Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum. dengan 15 orang guru Bahasa Indonesia SMP/MTs di Kabupaten Kulon Progo yang diwadahi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia dengan ketua Nurudin, S.Pd. Pada kesempatan tersebut, Kepala BBY memperkenalkan diri sekaligus menyampaikan sosialisasi program tahun 2021. Program-program tersebut baru bisa dilaksanakan sekarang dikarenakan pandemi yang belum mereda.

Salah satu program yang akan dilaksanakan adalah penyuluhan Bahasa Indonesia pada bulan November 2021 selama 4 hari (32 jpl) dengan peserta 50 orang guru. Program lain yang disampaikan adalah kegiatan Uji Kemampuan Berbahasa Indonesia (UKBI) Adaptif bagi siswa. Di DIY ditargetkan 8.000 s.d. 10.000 siswa SMP, SMA, dan SMK mengikuti UKBI. Walaupun tidak berbayar alias gratis, sampai saat ini di DIY baru mencapai jumlah 3.000 siswa. Oleh karena itu, diperlukan peran kepala sekolah dan guru-guru Bahasa Indonesia untuk mendorong pelaksanaan UKBI Adaptif. Selain itu,  Kepala BBY juga menyampaikan kegiatan penelitian tematik dengan responden guru-guru Bahasa Indonesia dari Gunungkidul dan Kulon Progo sebanyak 50 orang guru.

Dalam kesempatan tersebut, Kepala SMP Negeri 4 Wates, Tugino, S.Pd, M.Pd. mengusulkan agar diadakan kegiatan BBY yang menyasar kepala sekolah melalui wadah MKKS. Kegiatan yang bisa dilaksanakan antara lain pembinaan kebahasaan, lomba berbahasa Indonesia, serta UKBI Adaptif. Jika pun harus berbayar, program bisa dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga sebagaimana kegiatan workshop atau bimtek yang selama ini telah berjalan. Kepala BBY berjanji akan membawa usulan tersebut kepada Balai Bahasa Pusat, karena terkait dengan pendanaan.

Selain memaparkan program-program tersebut, Kepala BBY juga menyampaikan bingkisan satu set buku bacaan terkait kebahasaan kepada seluruh peserta yang hadir. Diharapkan buku tersebut menjadi modal awal pengembangan literasi berbahasa Indonesia. Selanjutnya para guru dipersilakan mengembangkannya di sekolah masing-masing.